Peringati Hari Meteorologi Sedunia UPT MKG ITERA Gelar Seminar Daring Bencana Hidrometeorologi

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

 

Memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-71, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (MKG) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan seminar dalam jaringan dengan tema “Strategi Peningkatan Pemahaman terhadap Bencana Hidrometeorologi di Indonesia” , Selasa, 23 Maret 2021. Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Indonesia, Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA., dan Pakar Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung  ITB, Dr. rer. Nat. Armi Susandi, M.T.

Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Penjaminan Mutu (LP3) ITERA Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan, bahwa bangsa  Indonesia sangat rentan terhadap berbagai bahaya akibat adanya perubahan iklim, seperti badai siklon tropis, hujan lebat, gelombang panas, kekeringan dan banyak lagi. Perubahan iklim jangka panjang juga dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi kejadian cuaca dan iklim ekstrem. Untuk itu masyarakat harus bersiap menghadapi cuaca dan iklim dengan cerdas dan bijaksana.

Dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-71, World Meteorological Organization (WMO) menetapkan tema dunia yaitu The ocean, our climate and weather yang dapat diartikan bahwa masyarakat harus menjaga lingkungan perairan kita, iklim dan cuaca kita agar dapat selalu waspada terhadap segala perubahan yang dapat mengakibatkan adanya bencana. “Layanan informasi meteorologi mulai dari prakiraan cuaca harian hingga prediksi iklim jangka panjang diharapkan mampu membantu masyarakat menyadari pentingnya informasi cuaca dan iklim,” ujar Acep yang mewakili Kepala UPT MKG ITERA Drs. Zadrach L Dupe, M.Si.

Acep menambahkan, ITERA terus bertransformasi dengan cepat dalam menghadapi era disrupsi, yang juga dibayangi potensi bencana yang dapat membahayakan. Seperti bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor, angin topan, ba

njir, kebakaran hutan hingga adanya pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga sekarang.  “ITERA siap untuk mendukung segala upaya, program, dan kegiatan-kegiatan pendidikan kebencanaan, ITERA siap menjadi pionir perguruan tinggi di Indonesia yang siap siaga bencana,” ujar Acep.

 “ITERA siap untuk mendukung segala upaya, program, dan kegiatan-kegiatan pendidikan kebencanaan, ITERA siap menjadi pionir perguruan tinggi di Indonesia yang siap siaga bencana,”

Dalam seminar daring diikuti oleh 234 peserta dari berbagai instansi dan perguruan tinggi se-Indonesia, Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA menyebut terjadinya bencana hidrometeorologi di Indonesia tidak terlepas dari faktor pengendali iklim atau cuaca. Bencana hidrometeorologi yang kerap terjadi di Indonesia diantaranya banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung, dan gelombang tinggi. Selain itu juga fenomena cuaca juga kerap terjadi di Indonesia diantaranya El Nino/La Nina, Dipole Mode, Indonesian SST, dan Asian-Australian Monsoon. Fenomena-fenomena ini yang menjadi variasi iklim yang ada di Indonesia, seperti fenomena El Nino mengakibatkan terjadinya kemarau, sedangkan fenomena La Nina mengakibatkan terjadinya hujan dengan intensitas tinggi. “Pada akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021 Indonesia mengalami curah hujan yang cukup tinggi akibat adanya fenomena La Nina dan Monsoon Timur, sehingga beberapa wilayah di Indonesia terjadi banjir,” ujar Dodo.

Dampak Besar

Sementara, Pakar Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung  ITB, Dr. rer. Nat. Armi Susandi, M.T., yang diwakili oleh A. Wijaya selaku General Manager dari PT. Inovastek Glomatra Indonesia memaparkan materi seputar Pengembangan teknologi peringatan dan aksi dini kebencanaan hidrometeorologi di Indonesia. Wijaya mengungkapkan, jumlah bencana di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Berdasarkan data bencana Indonesia 2020, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang memiliki dampak yang besar di Indonesia dengan mencatat bahwa lebih dari 6 juta orang menderita dan mengungsi.

“Kesiapan Indonesia dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi masih sangat rendah sehingga diperlukan peran sistem informasi untuk memprediksi kebencanaan dalam mengatasi tantangan penanggulangan ancaman bencana,” ujar Wijaya.

“Kesiapan Indonesia dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi masih sangat rendah sehi

ngga diperlukan peran sistem informasi untuk memprediksi kebencanaan dalam mengatasi tantangan penanggulangan ancaman bencana.”

Wijaya menyebut, inovasi teknologi dalam menghadapi ancaman bencana telah dikembangkan oleh ITB dan PT. Inovastek Glamatra Indonesia dengan menciptakan aplikasi Sistem Intelijen Bencana (SIBe) yang mampu memprediksi bencana hidrometeorologi hingga 5 hari kedepan. Sistem informasi ini juga memiliki kekampuan mengestimasi resiko suatu bencana meliputi prediksi luasan bencana, populasi terpapar, dan fasilitas terdampak. Sistem informasi lain yang sedang dikembangkan yaitu FEWEAS yang merupakan sistem peringatan dini dan aksi dini banjir DAS di Citarum. Kemudian terdapat sistem informasi prediksi potensi dan manajemen kebakaran hutan dan lahan yang dinamakan Forest Fire Management System (Forms).

“Pada era sekarang teknologi digital dapat menjadi tool yang user-friendly untuk membantu stakeholder terkait untuk menangani potensi ancaman bencana nasional dengan tepat dan akurat,” ungkap Wijaya. (Rilis/Humas)

Sumber : https://www.itera.ac.id/peringati-hari-meteorologi-sedunia-upt-mkg-itera-gelar-seminar-daring-bencana-hidrometeorologi/

[/vc_column_text][vc_gallery interval=”3″ images=”1835,1836,1837,1838,1839,1840,1841″ img_size=”large”][/vc_column][/vc_row]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *